Pages

Senin, 13 Agustus 2012

Cerita Pengamen Tua

Dua pria paruh baya
Naik ke bus jurusan Plaju - KM12
Yang satu memakai gitar semi elektrik
Yang satu memakai gendang plastik
Dengan lantang bernyanyi lagu Rhoma Irama
Suara seadanya, berharap berbagi rupiah.

Dua pria paruh baya.
Masih mengamen di usia menjelang senja.
Entah kemana anak-anaknya
Dan jangan tanya bagaimana istri-istri mereka

di bus ini mereka kerap beraksi

Pertama kali gue liat mereka, sekitar tahun 2001, waktu itu gue masih kelas 1 SMP. Di sepanjang jalan antara simpang RS Charitas sampai Simpang Sekip adalah 'wilayah' operasi mereka. Bukan hanya 2 pria tua ini, tapi juga pengamen-pengamen lain.

Sampai gue SMA mereka masih sering gue liat ngamen dari satu bus ke bus lainnya. Gue cuma kagum. Cara mereka ngamen terbilang inovatif waktu itu. Baru mereka yang bener2 serius ngamen dengan perlengkapan2nya. Gitar akustik dipasangin spul trus dikonekin mic kecil buat nyanyi, di bodi gitarnya ada built-in speaker, niat abis. Bapak yang satunya lagi ga kalah heboh. Satu set gendang dari plastik fiber, dipake buat ngiringin temennya nyanyi.

Ya. Mereka unik.
Dan gue (waktu itu) dengan kantong ala anak SMA seadanya ngasih.

Ngamen jelas mana cukup.
Bertahun2 juga ga bakal cukup.

Dan terakhir gue liat mereka adalah tahun 2009 lalu, masih di sekitaran daerah yang sama, dan dengan gaya yang sama. Ga banyak berubah.

Sampe akhirnya ada yang gue sadari.
2001-2009.
8 tahun.
3 Presiden ( Alm. KH Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono)
3 Gubernur Sumsel ( Rosihan Arsyad, Syahrial Oesman, Alex Noerdin)
3 Piala Dunia, 2 Piala EURO
Gue yang dulu anak SMP sekarang sudah kerja.
Palembang yang dulu kusut carut marut sekarang udah cantik banget.
Dan mereka masih mengamen.

Lalu kemana janji2 perubahan yang dijanjikan para penguasa?
Kemana janji peningkatan taraf hidup?
Kemana janji-janji manis yang terucap saat kampanye?
Ga ada.
Hilang ga tau kemana.
Nasib wong cilik masih gitu-gitu aja.
Perubahan taraf hidup hanya benar2 dinikmati golongan tertentu.
Kadang sampai harus meratakan rumah warga demi piala adipura.
Dan jangan tanya gue gimana kehidupan mereka yang di pinggiran sungai musi. Beruntung tangan pemkot tak sampai menjarah mereka.

2012.
Gue kemaren sempat mudik.
Dan gak lagi gue lihat ada 2 pengamen tua tadi.
Entah kemana.
Mungkin lahan mereka tergerus oleh transmusi.
Mungkin mereka gak lagi mengamen.
Mungkin mereka sedang menikmati hari tua.
Entahlah.

Dan gue masih, meyimpan harapan, kepada siapapun nanti yang akan menjadi penguasa. Dengarkan benar-benar apa kata bang Iwan Fals. "Penguasa! Berilah hambamu uang!" Berikanlah mereka 'uang" bukan uang yang sebenarnya, tapi berilah mereka cara mendapatkan uang. Berikan mereka jalan menuju kehidupan yang lebih memadai. Kami muak dengan janji. Kami jengah dengan politik pencitraan!.

Yang Kami inginkan adalah, cinta tulusmu pada kami, yang menggantungkan harapan padamu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar