Pages

Rabu, 23 Oktober 2013

Apa yang menyakitkan dari sebuah pelukan?

Kau tau apa yang menyakitkan dari sebuah pelukan?
Apakah dekapan yang terlalu erat, menyempitkan pembuluh darahmu?
Apakah sesak di dadamu karena sulit bernapas?
Atau hal yang terasa menusuk di hatimu?

Malam, aku baru mengantarmu pulang, kita baru saja berjalan menghabiskan waktu, mengunjungi restoran cepat saji, mengelilingi jalanan kota ini, mencari celengan berbentuk hewan lucu yang kau suka. Seekor sapi. Aku tak pernah melihat hal yang menggemaskan dari seekor sapi, bagiku sapi hanyalah tentang gurih susu murninya, atau dagingnya yang sudah diolah menjadi steak. Tapi kau sosok berbeda dariku. Kau melihat sesuatu dari sisi yang berbeda. Kau memandang dari sisi butaku. Hal yang terlewatkan oleh mataku.  Matamu mampu menangkap keindahan.

Entah, aku selalu melihat dari sisi suram, keburukan yang kasat mata, sebagaimana memandang aspal berlubang sebagai hal yang mengesalkan, hal yang mencelakakan. Tapi kau mungkin akan memandangnya sebagai jalan yang mengajakmu meliuk dengan motormu. Menghindari lubang2 seperti lionel messi menghindari tebasan kaki lawannya. Menyenangkan. Berbahaya, tapi menyenangkan.

Kau dengan ego besarmu, kau yang lelah mengalah kepada teman2mu.  Kau yang menjadikan aku sebagai sasaran pengalihan. Orang yang harus ikut kena getahnya saat suasana hatimu sedang tak enak. Meributkan hal sepele. Entah kau sadar atau tidak, aku juga kadang lelah menghadapimu. Mungkin jika aku juga memaksakan keras kepalaku, entah apa yang akan terjadi. Mungkin kau akan mendiamkanku berhari2.  Membalas BBMku sepatah dua patah kata, sebelum akhirnya kau memuntahkan semua kemarahanmu. Aku memilih diam. Aku tak ingin memperpanjang masalah. Aku tak mau capek meladenimu.

Ah, entah kenapa aku bisa bertahan. Dan entah kenapa kau bisa bertahan.  Kau yang selalu mengataiku jelek, menyindir perutku yang buncit, dan saat kutanya kenapa kau mau, kau dengan santai menjawab “entahlah, aku tak tau.”

Ya. Terserahlah.

Kau tau apa yang menyakitkan dari sebuah pelukan?
Ketika tangan yang merangkul itu mengendur, kehangatan yang kau rasa perlahan memudar, dan tubuh yang melekat padamu perlahan menjauh.

“Jangan pergi.. tetaplah disini.. aku tak mau sendirian lagi.. siapa yang akan menemaniku?”
Kalimat itu. Membunuhku. Perlahan-lahan. Semakin kuulang lagi dalam hati, semakin menyakitkan.  Siapa yang tahan bersendirian? Siapa yang kuat  melihat kepergian? Tak ada orang yang mampu bertahan dalam sepi. Ketika satu2nya suara yang terdengar adalah suaramu sendiri yang berdengung di kepalamu. Ketika lawan bicaramu adalah dirimu sendiri, dan kau tau kau takkan pernah menang melawan diri sendiri.

Sesungguhnya berbicara pada dinding kamar, adalah sebenar2nya kesepian.

“kau akan pulang lagi kan?”
“tentu saja. Aku akan pulang lagi. Selalu kembali lagi.”
“benar ya? Pulang lagi ya? Cepat2 pulang lagi ya?”
“iya. Pasti. Selalu. Untukmu.”
Kau tau apa yang menyakitkan dari sebuah pelukan?
Ketika kau tau, bahwa  kata selamat tinggal yang terucap, bisa jadi yang terakhir kali, ketika orang yang kau hadapi mungkin saja takkan kembali lagi.
Atau benar2 menjadi ucapan perpisahan yang terakhir, dan takkan ada pertemuan selanjutnya.
Namun yang paling menyesakkan adalah, ketika isak tangis itu turut ikut campur.